imam syafi'i merasa ringan menghadapi lilitan
kemiskinan, dan mematahkan keangkuhannya dengan kesabarannya yang berhasil mengalahkannya. ia menuturkan seperti yang di sandarkan kepadanya:
"wahai langit sarandip, hujanilah aku mutiara,
wahai sumur-sumur tukrur, limpahilah aku dengan emas.
Jika aku hidup, aku tetap akan mendapatkan makan, jika aku mati, aku tetap akan mendapatkan kubur.
cita-citaku adalah cit-cita para raja, jiwaku adalah jiwa merdeka, memandang kehinaan adalah kekufuran.
jika aku telah merasa cukup dengan makananku seumur hidupku, lalu untuk apa
aku mengunjungi Zaid dan Amru?"
Qadhi Abul Hasan Ali bin Abdul Aziz Al jurjani
mengikuti jejak imam syafi'i,ia menuturkan, sebagaimana
disebutkan biografinya dalam kitab Wafayatul a'yan,
"Mereka berkata, gunakanlah kerendahan untuk meraih
kekayaan, mereka tidak tahu bahwa kerendahan adalah
kemiskinan
diantara diriku ada harta terdapat pula dua perkara
yang menghalangi, kekayaan bagiku adalah jiwaku yang
berharga tinggi dan waktu.
jika di katakan 'inilah kemudahan', maka aku akan
melirik ke selainnya, kondisi-kondisi sulit lebih baik
daripada aku berhenti padanya."
Sumber: shafahat min shabril 'ulama'
syeikh Abdul Fattah
0 comments:
Post a Comment