"Apakah Ibu mencintai Ayah hingga mampu menikah dan hidup bersama lebih dari 50 tahun dengan ujian yang berat tapi jarang sekali cekcok dan konflik?".
Dan ibu pun menjawab "Nak...ibumu sebenarnya tidak tahu apakah cinta dengan ayahmu ataukah tidak, karena ibu-mu tak bisa mendefinisikan cinta, tapi yang jelas ibu-mu ini butuh ayahmu untuk senantiasa mengingatkan ibadah, hingga ibu bertemu Alloh".
Dialog itu mengagetkan, tapi memberi sarat makna bahwa pernikahan yang senantiasa dikatakan haruas dilandasi cinta sebagai puncak rasa dalam mengelola kekuatan untuk bersama terkalahkan dengan sebuah perasaan yang lain yang jarang kita perhatikan yaitu:
"Membutuhkannya untuk beribadah"
Itulah yang justru lebih kuat dari hanya rasa cinta dan sayang, karena cinta bisa luntur dan sayang terkadang bisa berkurang ketika kita menemukan banyak kekurangan dari pasangan kita, tapi rasa membutuhkan untuk saling bersama beribadah kepada Alloh sembari saling mengkuatkan dalam ketaatan adalah hal yang susah hilang dan ia ada selama mereka hidup beribadah kepada-Nya
Rasa butuh tidak muncul dengan pandangan mata layaknya cinta yg mewujud dengan sebuah hal "dari mata turun ke hati",
ia pun tidak hadir dengan memberi dan memahami yang membidani rasa sayang tapi ia lebih dahsyat dari itu semua,
bahwa "rasa membutuhkan" itu muncul ketika pasangan saling mencintai Alloh dan memahami bersama bahwa ibadah itu adalah anak tangga menuju kecintaan kepada Alloh.
bahwa "rasa membutuhkan" itu muncul ketika pasangan saling mencintai Alloh dan memahami bersama bahwa ibadah itu adalah anak tangga menuju kecintaan kepada Alloh.
"Rasa butuh" yang melahirkan kekuatan untuk bersabar dan bersyukur bersama hingga puluhan tahun,
ia tak hancur rasa itu hanya karena kekurangan dan tak berkeping hanya karena beberapa kesalahan,
ia kuat dan kokoh karena rasa itulah yang menjadikan mereka beribadah hingga mereka dijaga Alloh sebagaimana mereka menjaga Alloh dalam setiap langkah kehidupan mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ الّليْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ, فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ. وَ رَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ الّليْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى, فَإِنْ أَبَى نَضَحَت فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati seorang lelaki (suami) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istrinya hingga istrinya pun shalat.
Bila istrinya enggan, ia percikkan air ke wajahnya.
Dan semoga Allah merahmati seorang wanita (istri) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suaminya hingga suaminya pun shalat.
Bila suaminya enggan, ia percikkan air ke wajahnya.”
Bila istrinya enggan, ia percikkan air ke wajahnya.
Dan semoga Allah merahmati seorang wanita (istri) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suaminya hingga suaminya pun shalat.
Bila suaminya enggan, ia percikkan air ke wajahnya.”
(HR Abu Dawud no 1308)
Inilah gambaran rasa butuh, rasa butuh untuk sholat malam bersama, rasa butuh untuk saling menasehati, rasa butuh untuk memperbaiki hidup supaya diridhoi Alloh dan lainya,
ia betul-betul yang menjadikan kehidupan bersamanya menjadi anugrah terindah dalam hidup karena rasa butuh itu memberi makna bahwa nikah itu bukan hanya semata hidup bersama tapi ia ibadah bersama.
Nikah adalah bersatu dalam taat, mengalah dalam ego dan melangkah bersama dalam amal sholeh, karena ia bukan hnnya kesenangan sesaat tapi ia merupakan pengorbanan dalam meraih ilahi
"Rasa butuh" hadir bersama dengan tumbuhnya cinta kepada Alloh,
ia hadir menyeruak bersama keinginan kuat untuk mendapatkan ridho ilahi dan ia hadir bahwa ketika telah tumbuh rasa mencintai Alloh yang disertai kesadaran bahwa mencintai-Nya berarti ia harus bersama dengan orang yang pula mencintai Alloh.
"Rasa butuh" itu layaknya benih yang tertanam dalam tanah kehidupan hati yang menumbuhkan pohon indah yang berbuah manis dan berakar kuat
Jadilah orang yang saling membutuhkan dalam ibadah ketika mengarungi bahtera pernikahan dan bagi yang belum menikah, maka carilah dia dan pilihlah seseorang karena membutuhkanya untuk beribadah kepada-Nya dan bersamanya dalam taat.
Barokallah fikum, la tansana min duaikum, jangan lupakan kami dalam doa kebaikan.
(Oleh: Ust. Oemar mita)
0 comments:
Post a Comment