Thursday, April 17, 2014

Kisah Imam Syafi'i di Tangkap


Imam Syafi'i Rahimahullah ketika di Yaman, yang pada saat itu beliau sudah menjadi ulama besar.

Beliau di sayangi oleh Wali Negeri dan diangkat menjadi "Khatib Daulah" (sekretaris negara) disamping beliau menjadi Mufti dan guru agama di masjid-masjid, bertabligh dimana-mana sehingga masyhur namanya.

Telah menjadi kebiasaan di Dunia yang fana ini bahwa setip orang yang mendapat nikmat,
ada saja orang yang dengki dan yang berniat jahat untuk menjatuhkannya.

Beliau difitnah kepada Khalifah Harun Ar-Rasyid, yang ketika itu berkedudukan di Bahghdad (iraq) dikatakan bahwa Imam Syafi'i Rahimahullah mengembangkan faham Syiah di Yaman dan masuk  golongan partai Syi'ah yang sangat membenci Khalifah Harun Ar-Rasyid, Khalifah Abbasiyah itu.

Memang dalam sejarah islam tercatat bagaimana permusuhan yang mendalam antara orang-orang Syiah yang katanya pengikut Saidina Ali Radiiyallahu'anhu, dengan orang Bani Umaiyah dan Bani Abbas.

Ya, pada mulanya membangun Dinasti Abbasiyah ditolong oleh orang-orang Syiah untuk melawan bani Umaiyah akan tetapi dikemudian hari ternyata orang-orang Syiah tidak senang hati pula pada orang-orang bani Abbas itu.

Khalifah Harun Ar-Rasyid selalu dirong-rong oleh partai Syiah yang kebetulan banyak bertebar di Yaman ketika itu. Oleh kareran itu Khalifah Harun Ar-Rasyid selalu curiga kepada Ulama-ulama di Yaman yang dianggapnya mengembangkan fahan Syiah yang menentanya.

Disebabkan fitnah dari orang-orang yang dengki terhadap imam Syafi'i maka beliau ditangkap bersama kaum Syiah dan digolongkan kepada orang-orang Syiah lalu dibawa ke Baghdad untuk diadili oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid, dengan ranti besi pada kaki dan tangannya.

Inilah ujian iman bagi Imam Syafi'i Rahimahullah. Memang orang-orang beriman itu banyak mendapat cobaan-cobaan iman. Banyak di antara rombongan Syiah itu yang dijatuhi hukuman mati oleh Khalifah, tetapi ketika sampai pertanyaan kepada Imam Syafi'i Rahimahullah maka terjadilah dialog antara khalifah dengan Imam Syafi'i.

Dengan merangkak karna kedua kakinya dibelenggu, Imam Syafi'i masuk ke majlis Harun Ar-Rasyid dan berkata : " Assalamualaikum Wabarokatuh " (Selamat atasmu dan Berkatnya), imam Syafi'i tidak mengucapkan Warahmatullahi (dan Rahmat Tuhan).

Khalifah Harun Ar-Rasyid menjawab : " Alaikumussalam Warahmatullahi wabarokatuhu " (selamat atasmu, rahmat tuhan dan berkatnya ) 

Harun Ar-Rasyid agak heran melihat ketenangan imam Syafi'i Rahimahullah karena tidak gelisah sedikitpun, padahal kawan-kawannya yang sama-sama ditangkap sudah dijatuhi hukuman mati.

Khalifah bertanya : " Kenapa kamu berbicara dalam sidang ini tanpa seizin saya, sehingga saya terpaksa menjawabnya "

(Perlu diketahui bahwa mengucap salam hukumnya sunnat, sedang menjawabnya hukumnya wajin).
Imam Syafi'i Rahimahullah membacakan firman Allah yang artinya.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih, bahwa ia akan menjadikan mereka Khalifah di bumi sebagai mana ia telah jadikan Khalifah-khalifah yang sebelum mereka dan ia akan tetapkan bagi mereka agama yang ia redhai untuk mereka. Dan ia akan mengganti ketakutan dengan keamanan. Mereka menyembahKU dan tidak mempersekutukan Aku sedikit pun "
(An-Nur : 55)


Lalu imam Syafi'i meneruskan ucapannya :
"Tuhan apabila berjanji, menepati janjiNya dan kini telah mengangkat Tuanku menjadi khalifah di bumiNya yang luas ini. Tuanku telah memberikan keamanan kepada saya sesudah saya dalam ketakutan, kerna Tuanku menjawab salam saya dengan ucapan Warohmatullahi,
Dengan begitu Tuanku telah memberikan rahmat Tuhan keapda saya dengan kemurahan hati Tuanku "

Khalifah Harun Ar-Rasyid tergerak hatinya mendengar ucapan lantang dan fasih dari Imam Syafi'i yang kelihatannya tak sedikit juga rasa takut dan gentar.

Lantas Khalifah berkata : "bukankah engkau yang mengapalai komplotan pemberontak untuk menentangku, bukankah engkau bersekongkol dengan Abdullah bin Hasan untuk menentang aku, bukankah engkau orang yang sudah terang bersalah, bagaimana, bagaimana?"

Imam Syafi'i menjawab :
"Saya akan menerangkan pula isi dada saya sebaik-baiknya untuk mencari keadilan dan kebenaran. Tetapi dapatkan orang melahirkan perasaannya dengan seksama kalau kaki dan tangannya dirantai dengan besi berat ini? saya minta agar ranti kaki dan tangan saya dibuka dan diperkenankan duduk sewajarnya. Dan pujian-pujian kepada Allah yang kaya".

Khalifah terbuka hatinya dan memerintahkan ketika itu juga kepada petugasnya untuk membuka rantai besi yang melingkarai kaki dan tangan Imam Syafi'i Rahimaullah.

Imam syafi'i selanjutnya membacakan Firman Allah yang artinya :
"Hai orang-orang beriman, kalau datang kepadamu orang-orang fasik membawa berita, periksalah dengan seksama supaya kamu jangan sampai mencelakakan orang tanpa diketahui, kemudian kamu menyesal atas perbuatanmu itu "
(Al-Hujurat : 6)

"Saya berlindung kepada Allah, bahwa saya itu adalah laki-laki yang disampaikan kepada Tuanku, bohong sekali orang yang menyampaikan kepada Tuanku, Saya mempunyai dua pertalian dengan Tuan Khalifah, iaitu sama-sama beragama islam, dan sama-sama satu keturunan. Tuanku adalah seorang yang harus berpegang kepada Kitabullah, Tuanku anak Paman Rasulullah yang harus melindungi agamanya".

Mendengar ucapan-ucapan imam Syafi'i diucapkan dengan lancar ini, Khalifah Harun Ar-Rasyid tiba-tiba jadi gembira lalu berkata :

"Tenangkannlah fikiranmu. Saya menghargai ilmumu dan juga menghargai pertalian darah kita".

Lalu Khalifah berkata lagi : " Bagaimana keadaan ilmu kamu dengan kitabullah 'azza wajalla, disanalah kita mulai bicara".

Imam Syafi'i Rahimahullah menjawab : " Kitab suci yang mana Tuan Khalifah Tanyakan, karena kitab suci yang diturunkan banyak sekali ".

Khalifah menjawab : " baiklah, saya bertanya tentang kitab suci yang diturunkan kepada anak paman saya, Muhammad Rasulullah "

Imam Syafi'i menjawab : " ilmu yang terkandung dalam Al-quran itu banyak sekali, yang manakah yang tuan tanyakan? ada ilmu ayat-ayat mutasyabihat, dan ayat muhakkamat, ada ilmu ayat-ayat taqdim dan ta'khir ada limu tentang Nasakh dan Mansukh, ada ilmu ini dan ilmu itu ".

Kemudian Khalifah terpesona dan lantas menukar haluan, bukan lagi mempertanyakan ilmu-ilmu agama, tetapi pindah kepada soal-soal ilmu falaq, ilmu kedokteran, ilmu firasat dan lain-lain yang kesemuanya dijawab oleh imam Syafi'i dengan sangat memuaskan Khalifah.

Lantas Khalifah berkata :
"Datanglah engkau sewaktu waktu untuk mengajar saya!".

Dengan begitu bebaslah imam Syafi'i dari tuduhan dan kecewalah tukang-tukang fitnah yang memfitnah beliau.

Inilah kedatangan Imam Syafi'i ke Iraq (Kufah atau Baghdad) yang terjadi pada tahun 184 H, yakni dalam usia 34 Tahun.

end...
Sekian... 

Sumber: http://ruangfana.blogspot.com/2012/12/Imam-Syafii-ditangkap.html#ixzz2z6QLkGHn

0 comments:

Post a Comment