Monday, December 22, 2014

Pertemuan Terakhir dengan Ibu

Pada saat itu matahari masih bersinar hangat, karna waktu masih menunjukan pukul 08:30 pagi, akupun berpamitan kepada ibuku untuk kembali kepulau harapan, Bali, karna dipulau itulah aku bekerja mencari nafkah, dan pengalaman hidup.

"Mak, pamit dulu ya, do'akan anakmu sukses, krasan, dan sehat selalu.." sambil kucium tangan ibuku.

"Ya le, hati hati disana, semoga sukses, jaga kesehatan, dan jangan lupa Sholatnya jangan ditinggalin, Mak'e slalu mendo'akanmu disini, dan

Thursday, December 18, 2014

Raja dan Pembantu yang Ridha

Suatu hari sang Raja pergi berburu ditemani pembantunya, Tanpa diduga, sang Raja mengalami kecelakaan, sehingga salah satu jarinya terpotong. Raja menjadi sedih dan kesal, akan tetapi dengan polos pembantunya meminta sang Raja untuk bersyukur atas kejadian yang telah menimpanya tersebut, sambil meyakinkan bahwa segala sesuatu yang menimpa kita pasti ada hikmahnya. Mendengar itu, Raja marah dan memerintahkan pengikutnya agar memenjarakan sang pembantu.

Pada lain kali, sang
Raja pergi berburu lagi, kali ini sendirian. Ditengah jalan , Raja desergap oleh segerombolan dari suku primitif yang perkasa. Mereka menangkap Raja dan bermaksud mengorbankannya untuk para dewa. namun, mereka membatalkan rencananya dan melepas sang raja karena melihat tangannya yang cacat. Persembahan bagi dewa mestilah manusia yang sempurna tubuhnya.

Sepulangnya dari kejadian tersebut, Raja ingat kebenaran ucapan pembantunya, dan memerintahkan agar ia dilepas. ketika bertemu pembantunya, raja menyampaikan terima kasih sambil berkata, " Masih ada ganjalan dihatiku sehubungan dengan ucapanmu. benar ada hikmah dalam kecelakaan yang menyebabkan salah satu jariku terputus, akan tetapi, apa hikmahnya engkau dipenjarakan..?"

sang pembantu menjawab, "Kalau baginda tak memenjarakan hamba, niscaya hamba sudah dijadikan korban bagi para dewa."

Sikap menerima segala sesuatu sebagai kebaikan yang penuh hikmah inilah yang biasa disebut sebagai 'Ridha"

Mahar Terindah

Ilustrasi cinta
Diriwayatkan bahwa Abu Thalhah memendam rasa cinta yang begitu besar kepada Ummu Sulaim, dan memutuskan untuk meminangnya, Namun, meski Abu Thalhah berkata dengan sopan dan rasa hormat diluar dugaan, jawaban Ummu Sulaim sungguh menyesakkan dada.

"Sesungguhnya aku tak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang, engkau seorang kafir dan aku seorang muslimah. Maka, tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba engkau tebak apa keinginanku?'

"Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan.?"

Tali Cinta Manusia

Dimalam hari, ia mendengarkan kata kata ibunya yang berdiri menghadap kiblat disudut kamarnya. dengan penuh perhatian, ia mengamati ibunya sholat, bersujud, rukuk, duduk, pada jum'at malam itu. Ia masih anak-anak, ia melihat dan mendengarkan ibunya berdo'a untuk seluruh muslim, pria dan wanita, menyebut nama nama mereka dan meminta Allah menganugerahkan rezeki, kebahagiaan, dan rahmat pada mereka. dengan seksama ia mendengarkan, apakah ibunya menyebut dan meminta sesuatu dari Allah untuk dirinya sendiri?

Anak itu adalah imam hasan yang terjaga hingga pagi, tak melepaskan tatapannya dari sang ibu, Siti Fatimah.

Ia menanti-nanti, apakah ibunya akan berdoa untuk dirinya sendiri dan apa yang akan dimintanya dari Allah Swt..?

Wanita Tua yang Tulus

Tersebut seorang perempuan tua miskin, bersahaja. setiap hari dia mengelilingi kota untuk mengerjakan apa saja, demi mencari nafkah ala kadarnya bagi diri dan keluarganya. setiap sore, diapun mendatangi sebuah masjid yang sama, demi membersihkan halamannya, dengan memunguti dedaunan yang rontok dari pepohonan yang rindang disana. Begitulah hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun. sehingga semua jamaah masjid tak lagi asing dengannya.

Perempuan tua itupun menjadi semakin uzur, sehingga suatu hari, jamaah masjid berinisiatif membersihkan halaman masjid dari daun yang berguguran, dengan maksud membebaskannya dari pekerjaan yang mungkin sudah mulai terlalu berat baginya.

Seperti biasa, hari itu sang ibu tua datang kemasjid. betapa kagetnya ia, ketika mendapati halaman masjid telah bersih dari rerontokkan dedaunan. Diapun menangis. para jamaah terkejut, dan jatuh iba padanya, ketika ditanya apa gerangan yang membuatnya begitu bersedih, perempuan tua itupun menjawab, "Aku sudah tua, tak ada yang bisa kulakukan untuk kanjeng nabi, maka setiap hari kupunguti dedaunan yang rontok untuk membersihkan halaman masjid ini. Namun, bukan itu saja yang membuatku bersedih, Setiap saat memungut selembar daun, aku membacakan sholawat bagi beliau. kini tak ada lagi kesempatan bagiku untuk menyatakan cintaku kepadanya... "

Petani yang Ridha

Alkisah, Seorang petani memiliki kuda yang sangat bagus, seorang hartawan sangat ingin membeli kuda itu. Harganya tak tanggung-tanggung, 50 juta. akan tetapi, sang petani dengan sopan menolak karena diapun juga sangat menyukai kuda tersebut.
banyak orang menyesali sang petani yang tak menukar kudanya dengan uang sebesar itu, tak dinyana, tak diduga, suatu hari hilanglah kuda si petani, maka orangpun mulai menyalahkannya. "mau dibeli segitu mahal kok gak bol
eh, sekarang kudapun raib" rugi besar dia. mendengar itu sang petani berkata, "Yang aku tahu

Bambu yang Berduka

Alkisah, terasinglah sembilah bambu dari rumpunnya, dan kini ia lahir sebagai sebuah seruling. ia dirundung duka dan kerinduan yang berkesudahan. setiap kali ditiup, suaranya sendu menyayat hati. rasa terpisah dari induknya membuat dia menyanyi penuh duka dan kerinduan.

Dengarkan nyanyian sendu Seruling bambu,
Menyayat selalu,

Sejak direnggut dari rumpun rimbunnya dulu,
Alunan lagu sedih dan cinta membara
Rahasia nyanyianku, meski dekat
Tak seorang pun dapat mendengar dan melihat

oh, andai ada teman yang tahu isyarat
Mendekap segenap jiwanya dengan jiwaku

Wednesday, December 17, 2014

Semakin kamu dewasa, orang tuamu semakin tua

Ketika kita merasa bahwa kita sudah semakin dewasa, maka pada saat itulah orang tua kita juga semakin tua, dan disaat itulah tugas kita untuk memuliakan mereka, karna tiadalah sesorang itu menjadi dewasa jika ia menelantarkan kewajibannya kepada orang tua.

Bicara tentang orang tua, memang takkan pernah bisa sempurna, sesempurna kasih sayang mereka, seberapapun pujian kita kepada mereka itu takkan pernah cukup untuk menggambarkan bagaimana cintanya mereka kepada kita, meskipun kita sering menganggap sikap mereka kepada kita biasa biasa saja, atau mungkin kita merasa bahwa perhatian mereka tak begitu istimewa kepada kita, kita sering mengecewakan mereka dengan hal hal yang kita anggap sebagai bentuk kemarahan atau kekecewaan kita karna tak diperhatikan, kita selalu menuntut lebih kepada mereka atas apa yang kita inginkan, bahkan tak jarang kita melakukan kenakalan-kenakalan yang hanya untuk menarik perhatian mereka, yang sebenarnya hanya membuat mereka bersedih.

Membuat ibu bersedih

Mungkin itulah yang menjadi penyesalan terbesar terhadap hidupku, ketika aku tahu bahwa hal itulah yang pernah kuberikan kepada ibuku, aku akan menceritakan sedikit pengalaman terburuk yang pernah  kulakukan kepada ibuku, semoga bisa menjadi pelajaran agar cerita seperti ini tak lagi pernah terjadi.

Cahaya itu untuk siapa?

Ketika saya bertanya tentang sebuah lampu, sebenarnya cahaya lampu itu untuk menerangi siapa? Tentu jawaban yang umum adalah bahwa cahaya lampu itu ya untuk menerangi ruang yang gelap, agar seorang yang didekatnya bisa melihat.
Itu benar, tapi ada yang lebih benar lagi, sebenarnya lampu itu bercahaya untuk menerangi dirinya sendiri, yang dengan cahaya itu materi disekitarnya turut merasakan manfaatnya, ruang yang gelap menjadi terang, dan semuanya jadi jelas terlihat.

Ya, begitupun dengan kita, untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain, menjadi inspirasi bagi orang lain, menjadi motivasi bagi orang lain yang mengenal kita, menjadi seorang yang berpengaruh besar bagi manusia, itu semua harus dimulai dari sikap diri sendiri, ketika kita bisa menyalakan sinar dalam diri kita, sinar kebaikan, kejujuran, kelembutan, kasih sayang dan yang lainnya, tentu orang disekitar kita akan turut merasakan kemanfaatan dari diri kita, yang sebenarnya itu semua bertujuan untuk kebaikan diri kita sendiri.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

 (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni.)