Wednesday, December 17, 2014

Semakin kamu dewasa, orang tuamu semakin tua

Ketika kita merasa bahwa kita sudah semakin dewasa, maka pada saat itulah orang tua kita juga semakin tua, dan disaat itulah tugas kita untuk memuliakan mereka, karna tiadalah sesorang itu menjadi dewasa jika ia menelantarkan kewajibannya kepada orang tua.

Bicara tentang orang tua, memang takkan pernah bisa sempurna, sesempurna kasih sayang mereka, seberapapun pujian kita kepada mereka itu takkan pernah cukup untuk menggambarkan bagaimana cintanya mereka kepada kita, meskipun kita sering menganggap sikap mereka kepada kita biasa biasa saja, atau mungkin kita merasa bahwa perhatian mereka tak begitu istimewa kepada kita, kita sering mengecewakan mereka dengan hal hal yang kita anggap sebagai bentuk kemarahan atau kekecewaan kita karna tak diperhatikan, kita selalu menuntut lebih kepada mereka atas apa yang kita inginkan, bahkan tak jarang kita melakukan kenakalan-kenakalan yang hanya untuk menarik perhatian mereka, yang sebenarnya hanya membuat mereka bersedih.

Membuat ibu bersedih

Mungkin itulah yang menjadi penyesalan terbesar terhadap hidupku, ketika aku tahu bahwa hal itulah yang pernah kuberikan kepada ibuku, aku akan menceritakan sedikit pengalaman terburuk yang pernah  kulakukan kepada ibuku, semoga bisa menjadi pelajaran agar cerita seperti ini tak lagi pernah terjadi.

Ku masih ingat, bagaimana ibu membesarkanku hingga sampai saat ini, sebagai seorang ibu tanpa suami tak menjadikan ibu lemah dan berputus asa untuk membesarkan anak anaknya, akupun baru menyadari pengorbanannya begitu amat besar kepadaku dan saudara saudaraku, seorang wanita paruh baya sendirian bisa menghidupi 4 anak yang masih belum cukup pengalaman untuk berpikir dewasa.
Entah darimana ia mendapatkan nafkah untuk diberikan kepada anak anaknya, selalu saja ia mendapatkannya, ya tentu itu semua atas Kasih Sayang Allah kepada setiap hamba-hambaNya. Allah telah memberikan kekuatan besar kepada ibu, yang tak pernah mengeluh dalam pengorbanannya, ia masih tegar dalam memberikan pendidikan kepada anak anaknya, menyekolahkan ke madrasah, menitipkan ke TPQ, dan tak henti hentinya menggerutu jika anak anaknya malas mengerjakan Sholat.

Pernah pada suatu hari, saat itu menjelang maghrib ada salah satu temanku (cewek) datang kerumah untuk meminjam jaket, dan pada saat itu aku hendak berangkat kemasjid, ya tanpa berpikir panjang kuambilkan jaket itu dan kuberikan padanya, melihat itu ibuku marah besar, ia memarahiku didepan temanku itu,

Awii.. ndang budal nek mejid, wes adzan barang malah ape klayapan ae, opo ra krungu adzan sak mono bantere,.dst..(Awii..buruan kemasjid, sudah adzan malah mau kelayapan aja, apa gak denger adzan sekeras itu).

Uhhh, betapa malunya aku waktu itu, satu sisi apa yang dikatakan ibu itu bener, tapi disisi lain rasa gak enak juga kepada temenku itu, jadi campur aduk perasaanku, kenapa harus didepan temenku marah-marahnya, sampai pulang dari masjid pun ibu masih terus memarahiku, sampai pada akhirnya akupun tak tahan dan akupun pergi dari rumah,
Aku menginap dirumah bibiku beberapa hari, tanpa memberi kabar apa apa kepada ibuku.

Setelah beberapa hari itu akupun memutuskan untuk pulang, dengan perasaan yang campur aduk, antara rasa malu dan marah yang masih melekat dihati, tapi akupun kaget dengan apa yang dilakukan ibuku saat melihatku pulang, ia memanggilku, dan mendudukan aku di sebuah kursi, tiba tiba ia langsung memelukku erat erat dan menangis tersedu sedu dipundakku, sambil menangis iapun menuturiku,

“Lee.. mung korno awakmu makmu iki tahan urip nek kene, mung korno awakmu makmu iki jek pengen urip nek kene, mung awakmu sing iso makmu iki arepne, sing bakal iso nyenengne mak’e, sing bakal ngancani mak’e lak wes tuwek.. lak awakmu ngeneki ambi mak’e, mak’e iki wes gak duwe kepinginan maneh urip nek kene, mak’e bakal lungo teko kene, tapi mak’e ngebotne awakmu le..mung awakmu sing tak boti.”

(“Lee.. hanya karna kamu ibukmu ini bertahan hidup disini, hanya karna kamu ibukmu ini masih ingin hidup disini, hanya kamu yang bisa ibuk harapkan, yang bakal bisa membahagiakan ibuk, yang bakal menemani ibuk saat sudah tua, kalau kamu begini dengan ibuk, ibuk sudah gak punya kepinginan lagi untuk hidup disini, ibuk bakal pergi dari sini, tapi ibuk beratin kamu lee, hanya kamu yang ibuk beratin.”)

Ohh, betapa kata kata itu bagaikan gemuruh ditelingaku, tak kuasa airmataku pun menetes dengan deras, aku tak dapat berkata kata lagi, mulutku sudah terkunci dengan sedakan tangis lirih.

Ibu.. maafkan aku.. aku telah menjadi anak yang paling bodoh dan jahat kepadamu, maafkan aku..

Ibu..
Dengan wajah anggun engkau memandangku dg penuh kasih sayang,
setiap tatapan begitu berarti,
memberikan asa di setiap keraguanku..

Ibu..
Kala kau ulurkan tangan lembutmu,
di sanalah tangan malaikat membimbingku,menjalankan amanat dari sang maha kasih,untuk membawaku pada masa depan yg terang,
Setiap langkah dari kaki kaki kecilmu menuntunku,menuju keabadian cinta pada sang penguasa hari,karna setiap langkahmu selalu memanjatkan do'a untukku,

Ibu..
Kemuliaanku adalah ketika aku bisa memuliakanmu,penuh ketulusan,
maka ijinkanlah aku berbakti padamu,meskipun hanya dg membuat ulasan senyum untukmu..

Ibu..
Aku mencintaimu.,meskipun sering aku menyakiti hatimu,
maafkan anak yg penuh kedurhakaan ini ibu,sejujurnya aku tak pernah bermaksud untuk itu,

Ibu..dg segala kerendahan hati aku meminta padamu,
Ijinkanlah aku untuk bisa melihat keindahan surga,yg sesungguhnya ada di telapak kakimu..
Karna hanya dg ridhomulah,pintu itu dapat terbuka untukku..

Bersambung………



0 comments:

Post a Comment