Friday, April 22, 2016

UJUBNYA SANG KYAI

ilustrasi
Suatu saat ada ulama" besar yang terkenal ahli mukasyafah (tahu isi hati orang lain). Saat itu ada beberapa ulama' bertamu kepada ulama' besar itu.
.
Satu demi satu ulama' yang bertamu itu dipersilahkan masuk, akan tetapi ada satu ulama' yang dibiarkan begitu saja tidak boleh masuk ke dalam rumahnya. .
.
Akhirnya, setelah semua ulama' pulang, tibalah ulama' itu dipanggil. Dan setelah duduk berhadapan, si ulama' ahli mukasyafah itu tidak menoleh dan menghiraukan sama sekali.
.
Ulama' yang bertamu itu hanya bisa diam seribu bahasa, tanpa berani berbicara. .
.
Akhirnya, ulama' itu sedikit memberanikan diri untuk berbicara kepada ulama' ahli mukasyafah itu.
"Wahai Syeikh, mengapa sekian lama engkau diam, tidak menghiraukanku? Apakah aku ini orang jahat? Apakah perbuatanku jelek? Atau amal-amalku busuk? Ataukah engkau takabur merasa lebih mulia, lebih terhormat dan lebih baik daripada aku?" tanya ulama' yang bertamu itu.
.
Akhirnya ulama' ahli mukasyafah itu berkata, "Bukan begitu wahai Kyai, aku diam membiarkanmu bukan karena aku sombong merasa lebih baik, takabur merasa lebih mulia daripada kamu, akan tetapi aku tidak menghiraukan engkau karena aku kasihan kepadamu, aku mendapat isyarat (dari langit) dengan keadaanmu sesungguhnya, makanya aku ingin berbicara 4 mata denganmu!"
.
"Maksudnya, Syeikh?" tanyanya heran.
.
"Kita sama-sama tahu bahwa dunia ini adalah tempat menanam dan kelak hasilnya akan dipetik setelah kita meninggalkan dunia kelak." Lanjut ulama' ahli mukasyafah itu, 
.
"Aku tahu dirimu itu adalah seorang ulama', punya ribuan santri, kamu sudah terkenal seantero negeri ini, orasi-orasimu itu bisa menimbulkan semangat berjuang bagi siapa saja yang mendengarkan, dan aku juga tahu bahwa kamu adalah ahli ibadah, puasa sunahmu tidak pernah lepas, shalat malammu selalu terjaga, kepada fakir miskin engkau juga sangat perhatian," beber ulama' ahli mukasyafah itu.
.
"Lantas, apa kesalahanku, wahai Syeikh?" tanya ulama' itu heran.
.
"Tapi sayang, tamanmu itu gersang, ladangmu itu tandus, akibatnya tanaman yang engkau tanam tidak akan panen di akherat kelak."
.
Terkagetlah ulama' itu, "Mengapa seperti itu, Syeikh?"
.
"Iya, sebab yang engkau tanam di dunia itu adalah tanah gersang, tanah yang tandus, bukan tanah yang subur, sehingga tanaman yang engkau tanam itu sia-sia, tidak berbuah apapun."
.
"Lantas yang dimaksud tanah yang tandus itu apa, wahai Syeikh?" tanya ulama' itu.
.
"Kau tahu bahwa hatimu adalah ladang, ladang untuk menanam bibit kebaikan, tapi sayang ketika kamu menanam bibit kebaikan itu, pada saat kau menanam itu hatimu jahat, suka menggunjing orang lain, suka merendahkan orang lain, suka meremehkan orang lain, suka memfitnah orang lain dan suka mengadu domba orang lain, maka pada saat itu bibit-bibit kebaikanmu tidak tumbuh, bibit-bibit surgamu itu mati," ungkapnya. 
"Dan tanaman yang engkau tanaman itu ada penyakit ujubnya," lanjut ulama' ahli mukasyafah itu.
.
"Dimana ujub itu, wahai Syeikh?"
.
"Ketika kamu menjadi Kyai bangga, kamu menjadi orang baik bangga, kamu dihormati banyak orang bangga, maka banggamu itulah yang menghapus semua amalmu."

Disalin dari akun facebook https://www.facebook.com/anwar.musthofa.31?fref=photo

0 comments:

Post a Comment